Resensi Buku Sulung Dan Nyonya Ai - Sulung Landung

[ Ulasan di bawah ini adalah kesan pribadi saya setelah membaca bukunya. Semua poin berdasarkan penilaian sendiri sesuai selera pribadi. Terima kasih. ]



Judul: Sulung Dan Nyonya Ai: Sebuah Perjalanan Menuju Pulih

Penulis: Sulung Landung

Penyunting: Reda Gaudiamo, Anastha Eka

Ilustrasi: Mohammad Taufiq (Emte)

Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama

Terbit: Mei 2023

Tebal: 195 hlm.

ISBN: 9786020670638


Buku ini merupakan buku self improvemnet berisi pengalaman penulis saat ia kecil hingga dewasa yang penuh dinamika dan perenungan. Dan ini perkenalan saya dengan sosok Sulung Landung, yang saya baru tahu kalau beliau sudah mempunyai tiga buku series 'Management Artis 101', dengan pembahasan dunia keartisan.

Pada paruh awal buku, kita akan dikenalkan pada perjuangan Sulung karena lahir dari keluarga biasa dengan mempunyai orang tua yang kemudaan. Sulung lahir saat ibunya, Ai, masih berusia 17 tahun. Keadaan ini berimbas Sulung lebih banyak diasuh oleh Ama atau neneknya. Sulung sendiri mengakui kalau hubungannya dengan sang ibu memang agak jauh sedari kecil. 

Sulung kecil ternyata korban bully. Ia kerap diolok-olok oleh teman-temannya di sekolah karena seragamnya sering bau ikan asin. Wajar berbau begitu karena Sulung kecil sering menemani Ama berjualan ikan asin sehingga bau ikan asin menempel di pakaiannya.

Ada pengalaman Sulung menyanyi dan justru ia disoraki dengan sebutan 'banci, bencong', dan itu membuat nyalinya menciut untuk unjuk gigi. Sulung kecil yang mentalnya sedang dibentuk justru dibenturkan dengan lingkungan yang menggangu, dan pada saat itu Sulung kecil tidak punya tempat untuk mengadu dan berlindung.

Mental Sulung digulung tekanan hingga ia tumbuh dewasa dengan rasa malu, takut, dan tidak percaya diri. Bahkan sifat pecundangnya ini bertahan sampai ia masuk SMA. Beruntung ketika SMA ini ia menemukan lingkungan yang mendukung untuk mengeluarkan potensi baiknya. Prestasinya menanjak, namanya muncul, dan Sulung mulai berani memutuskan ingin jadi apa dirinya.

Ketika ia kuliah, Sulung harus berjuang dengan keadaan ekonomi yang tidak stabil. Usaha ayahnya kerap naik-turun dan itu memaksa Sulung untuk dewasa menyikapi. Sehingga Sulung pun menyambi pekerjaan paruh waktu agar kuliahnya tidak terhenti di tengah jalan.

Enggak ada usaha yang mengkhianati hasil. Apa yang diimpikan Sulung, satu per satu mulai terwujud. Tetapi ternyata pengalaman buruk saat ia kecil hingga dewasa menjadi luka batin. Sulung tidak tenang dengan pencapaiannya. Sulung tidak bahagia. Diam-diam pengalaman buruk di masa lalu ia pendam sendiri dan menjadi borok. Sulung pun mencari penyembuhan ke beberapa orang agar kegelisahannya menghilang. Dan kunci mendapatkan itu adalah memaafkan masa lalu.

Namun proses memaafkan masa lalu tidak mudah. Berkat menemui beberapa orang, Sulung mendapatkan akar masalah batin yang menderanya. Dan itu ternyata berhubungan dengan Ai, ibunya. 

Dari buku ini saya memahami pelajaran-pelajaran hidup berharga yang seharusnya dipahami banyak orang. Pertama, anak kecil harus mempunyai kehidupan yang menyenangkan dan tenang. Tidak harus bergelimang harta atau bisa jajan apa saja. Yang utama adalah peran orang tua mendampingi harus jadi prioritas. Pendewasaan dari anak kecil ke jelang dewasa itu prosesnya berat. Banyak tidak tahunya. Dan peran orang tua seharusnya menemani, mendampingi, merangkul, memberi tahu, dan membenarkan jika salah. 

Pengalaman buruk di masa lalu yang tidak diselesaikan akan jadi luka batin sampai dewasa. Kenangan buruk akan jadi trauma yang jika tidak disembuhkan akan terus jadi ganjalan di hati dan ini bisa mempengarui kualitas kebahagian. 

Untuk teman-teman yang saat ini masih gelisah dan malu mengakui masa lalu buruk, coba untuk mulai menyembuhkan dengan menuliskannya atau membicarakan dengan seseorang yang kita percaya. Jangan lagi dipendam pengalaman buruk tadi, keluarkan dari hati, bebaskan belenggunya, dan lepaskan bebannya.

Kedua, jika tidak baik-baik saja segera cari penyembuhan. Untuk beberapa orang yang mempunyai nasib seperti Sulung, tidak bisa dibiarkan dan berpura-pura kalau itu sudah berlalu. Dengan dibantu ahlinya, kita akan menyelami sisi terdalam kita dan rahasia yang dipendam. Jika sudah tahu isi hati dan luka-luka yang dipendam dalam-dalam, baru kita mulai mengungkapkan kegusaran itu. Kita bisa mulai menyelesaikan semuanya sampai ke tahap 'Oke, saya menerima masa lalu buruk itu dan saya memaafkan semuanya.' 

Ketiga, kita harus jadi pejuang untuk hidup kita. Harus diakui semakin dewasa, beban hidup semakin berat. Banyak faktor yang membuat kita tertekan dengan tuntutan dan tanggung jawab. Dan perjuangan kita harus untuk tujuan hidup yang kita mau. Ingat, standar hidup setiap orang berbeda-beda dan kita harus tahu standar hidup kita segimana sehingga perjuangan yang kita lakukan pun lebih terukur dan terarah. Jangan sampai kita terjebak memperjuangkan hidup untuk standar selangit, yang ada kita akan mati lebih dulu sebelum mengucapkan syukur atas pencapaian yang sudah dilalui.

Membaca buku Sulung dan Nyonya Ai ini membuat saya melihat ke diri sendiri, membongkar lagi isi hati dan memang ternyata ada pengalaman yang kurang menyenangkan yang masih belum saya akui. PR-nya ya saya harus mulai jujur dengan masa lalu, dan perlahan-lahan harus berdamai.

Oya, buku ini punya gaya penulisan yang enak dibaca. Tiap bab-nya dibikin pendek dan isi ceritanya juga jelas. Jadi enggak akan bikin kita pusing memahaminya. Dan saya awalnya terkecoh dengan sampulnya yang bagus, mirip sampul buku anak, tetapi isi buku ini sangat untuk orang dewasa. 

Saya merekomendasikan buku ini untuk mengingatkan kita soal apakah rasa bahagia kita sudah utuh atau jangan-jangan ada ganjalan di hati yang ternyata kita pura-pura enggak merasakannya. Pasti banyak dari pembaca yang punya nasib seperti Sulung dan buku ini bisa jadi contoh nyata kalau kita bisa menyembuhkan dan memperbaikinya.

Nah, sekian ulasan saya untuk buku Sulung dan Nyonya Ai: Sebuah Perjalanan Menuju Pulih ini. Terakhir, jaga kesehatan dan jangan lupa membaca buku!


Resensi Novel Dublin - Yuli Pritania

[ Ulasan di bawah ini adalah kesan pribadi saya setelah membaca bukunya. Semua poin berdasarkan penilaian sendiri sesuai selera pribadi. Terima kasih. ]



Judul: Dublin

Penulis: Yuli Pritania

Editor: Cicilia Prima

Sampul: Teguh

Penerbit: PT Grasindo

Terbit: Agustus 2016, cetakan pertama

Tebal: 232 hlm.

ISBN: 9786023756520


Novel Dublin ini adalah bagian dari series A Love Story punya Penerbit Grasindo. Total series ini ada enam novel dengan memakai judul yang diambil dari nama kota. Dan saya sudah membaca dua novel lainnya sebelum ini; Roma (Pia Devina) dan San Francisco (Ziggi Z.)

Novel Dublin ini menceritakan tentang tokoh perempuan bernama Cinta Wihelmia Baratha atau Mia yang sebentar lagi bakal menikah dengan tunangannya; Aditya, sedang galau sebab skenario film yang harus dibuatnya belum juga mendapatkan ide yang jelas. Adiknya bernama Alana menyarankan Mia agar melakukan perjalanan ke Irlandia pada momen Satu Hari Berani sebagai perayaan ulang tahun, sekaligus agar Mia mendapatkan ide menarik untuk karyanya.

Tawaran yang membingungkan karena Mia ini tipikal gadis yang terencana dan introvert. Namun pada akhirnya ia tetap berangkat ke Irlandia dan akan tinggal di sebuah hotel di Dublin sesuai rekomendasi Patrick, orang tua yang ditemuinya di pesawat.

Mia tidak menyangka jika perjalanannya kali ini mempertemukannya dengan Ragga, sahabatnya di SMA yang sempat mengusik hatinya, namun mereka keburu harus berpisah. Kisah romansa mereka mulai merekah kembali selama di Dublin. Tapi Mia tahu jika hatinya harus dijaga karena ada seseorang yang menunggunya di Indonesia dengan rencana pernikahan yang sebentar lagi digelar.

***


Ide ceritanya sungguh menarik sekali. Di awal saya sudah dibikin penasaran kira-kira keputusan apa yang akan dipilih Mia menyakut tunangannya dan cinta pertamanya. Karena tentu saja posisi Mia sudah sulit, memutuskan pertunangan itu lebih berat dilakukan ketimbang memutuskan pacaran. Terlebih karena hubungan mereka sudah terikat juga dengan keluarga masing-masing, bukan lagi soal antara pasangan Mia dan Aditya saja.

Sisi romansa di novel ini memang kental sekali tetapi tidak bikin mengernyitkan dahi. Saya suka dengan kadar romansanya, hal-hal romantis yang ada di novel ini sejalan dengan usia tokoh-tokohnya. Saya lebih suka menyebutnya Romansa Kedewasaan; romansa yang enggak melulu cinta-cintaan bucin tetapi romansanya dibarengi dengan sikap tanggung jawab, melindungi, memahami, bahkan penuh pengertian.

Rasa drama yang intens bakal dirasakan pas menjelang akhir buku ketika Alana terus-terusan meyakinkan Mia soal pernikahannya. Bahkan Mamanya pun turun tangan untuk menjernihkan pikiran Mia agar tidak keliru mengambil keputusan.


"Apa semua korban yang diselamatkan harus nikah ama pahlawannya? Kalau iya, semua penduduk Gotham City harus nikah sama Batman! Setiap personel pemadam kebakaran bakal punya seenggaknya lima istri! Jangan konyol, Mbak Mia!" (hal. 211)


Dublin sebagai kota yang dijadikan setting cerita sangat tergali dengan baik. Saya seperti sedang diajak tour sepanjang jalan di kota tersebut, yang ternyata mempunyai banyak museum. Ciri mencolok lainnya dari kota Dublin adalah adanya The Spire Dublin dan banyak patung tokoh-tokoh penting. 

Di novel ini kita akan dilimpahi banyak informasi soal apa saja yang menarik di kota Dublin dan Negara Irlandia. Dan menurut saya akan lebih baik jika informasi tersebut disisipi dengan ilustrasi. Misal, melampirkan peta jalan Kota Dublin, sebab pada saat Mia dan Ragga jalan-jalan, penulis begitu ahli menarasikan setiap rutenya. Ada momen saya kebingungan saat mereka jalan-jalan antar museum, apakah antar museum itu memang sedekat itu ya makanya bisa ditempuh dengan jalan kaki. Dan fungsi peta jalan ini untuk membantu saya atau pembaca lain membayangkan setiap lokasinya.

Akan menarik juga jika bangunan-bangunan penting tadi, seperti museum dan perpustakaan, dibuat ilustrasinya juga. Biar pembaca makin hafal dengan bangunan-bangunan ikonik tadi.

Di sini juga banyak kosakata yang menggunakan Bahasa Irlandia/Irish. Termasuk nama orang dan nama masakan khas sana. Saya sempet kaget karena pelafalannya rumit juga ya dan beda banget dengan tulisannya.

Untuk tokoh Mia digambarkan sebagai sosok introvert, orang yang terencana, enggak enakkan, dan kurang ekspresif. Secara keseluruhan bisa dibilang sosok yang tenang. Karakter dia ini sangat relate dengan saya, sama-sama pemalu, jarang mau memulai dalam berkomunikasi, dan lebih senang berada di lingkungan yang tenang dan sudah akrab. Kekurangan orang seperti Mia dan saya ini adalah gampang terjebak lingkungan/situasi zona nyaman. Untuk bisa menghadapi hal baru kami butuh ekstra keberanian. Bukan takut menghadapinya ya, tapi lebih ke kurang percaya diri bakal bisa mengendalikan situasi baru tadi.

Sedangkan tokoh Ragga sama tipenya seperti Mia. Yang berkembang dari karakter Ragga versi dewasa adalah dia bisa memutuskan lebih bijaksana seharusnya lelaki dewasa. Egonya lebih banyak diturunkan. Dia bisa memilih prioritas sesuai keadaan di depan mata. Makanya Ragga ini sempat mengesampingkan urusan hatinya dan memilih menstabilkan dulu kondisi keluarganya setelah Papanya meninggal.

Aditya sebagai tunangan Mia memerankan poin penting dalam jalan cerita. Tapi memang penulis kurang menggali lebih dalam soal latar belakangnya. Yang saya kenal dari Aditya ini adalah dia lelaki yang mencari pasangan penurut, berkebalikan dengan karakter ibunya. Dia juga lelaki yang tahu kapan harus berjuang dan tahu kapan harus merelakan. Tergambarkan jelas ketika dia berusaha mendapatkan Mia di awal pacaran, dan ketika dia harus membuat keputusan menahan atau melepaskan Mia saat dia mulai mengetahui perasaan masa lalu tunangannya.

Dari novel Dublin ini saya belajar kalau untuk urusan hati dan memilih pasangan jangan pernah didasari rasa kasihan. Apa yang akan kita jalani dengan pasangan itu bisa seumur hidup lho, masa mau pura-pura terus soal perasaan. Kata orang, rasa suka dan cinta itu bisa dipelajari sambil jalan. Dan menurut saya pesan tadi belum tentu cocok dengan semua orang. Saya tidak akan berjudi soal keberlangsungan hubungan dengan pasangan. Lebih baik dari awal kita memilih pasangan yang bisa kita sayangi dan cintai dengan baik, begitupun sebaliknya. Hati kita harus jujur soal pasangan.

Saya merekomendasikan novel Dublin karya Yuli Pritania ini karena cerita romansanya menarik dan dewasa. Dan dan latar Kota Dublinnya cukup bisa membawa kita tour ke sana.

Sekian ulasan saya kali ini. Terakhir, jaga kesehatan dan jangan lupa membaca buku!


Resensi Novel Gincu Sang Mumi - Tamura Toshiko

[ Ulasan di bawah ini adalah kesan pribadi saya setelah membaca bukunya. Semua poin berdasarkan penilaian sendiri sesuai selera pribadi. Terima kasih. ]


Judul: Gincu Sang Mumi

Penulis: Tamura Toshiko

Penerjemah: Asri Pratiwi Wulandari

Penerbit: Penerbit Mai

Terbit: April 2022, cetakan pertama

Tebal: 128 hlm.

ISBN: 9786237351931


Ini buku kedua yang saya baca dari Penerbit Mai. Sebelumnya saya sudah membaca novel Kisah Hidup Gusko Budori karya Miyazawa Kenji. Jujur, untuk novel itu saya belum terkesan dengan ceritanya karena beberapa hal. Apa saja poin yang saya maksud dapat dibaca pada ulasannya ya!

Novel Gincu Sang Mumi ini membahas tentang pasangan suami istri, Yoshio dan Minoru, yang punya masalah rumah tangga karena miskin. Keuangan dalam rumah tangga ternyata membawa pengaruh besar untuk keberlangsungan, emosi, dan kebahagian mereka. 

Bisakah mereka mempertahankan rumah tangga yang miskin?



***

Ide ceritanya sederhana, soal rumah tangga yang miskin dan pengaruhnya. Dan novel ini memberi tahu soal itu. Yang paling kelihatan, kalau rumah tangga miskin pasti pasangannya sering bertengkar. Di novel ini pun sama, pasangan Yoshio dan Minoru sering meributkan hal sepele, bahkan kadang-kadang sampai Yoshio memukul Minoru hingga luka-luka. Hubungan mereka tidak lagi hangat. Lebih ke dingin, sambil menyimpan rasa kecewa di lubuk hati paling dalam.

Jadi miskin juga memalukan karena pasti akan merepotkan orang sekitar. Pasangan Yoshio dan Minoru pun merasakan itu. Ada satu kejadian Minoru harus ke pemakaman dan dia tidak punya kimono yang pantas. Akhirnya dia meminjam kepada temannya dengan menahan malu sebab itu artinya suaminya tidak bisa menafkahi dengan cukup. Minoru yang tidak ingin menyakiti perasaan suaminya harus berbohong dari siapa kimono itu dipinjam. (Jleb banget sih ini!)

Jika menjadi penulis dan tidak bisa kaya tersampaikan jelas di novel ini. Yoshio dan Minoru adalah penulis yang karyanya jarang laku. Dan mirisnya mereka menggantungkan hidup dari profesi ini. Jelas saja rumah tangga mereka terus-terusan miskin dan kekurangan. Makin bikin saya geram sama suaminya ini karena sudah tahu menulis itu jarang laku, dia tidak melakukan pekerjaan lain. Padahal bisa saja dia melakukan pekerjaan serabutan. Tapi ya begitu, dia memilih gengsi dibanding memperbaiki ekonominya.

Sekarang pun kondisi ini berlaku, kebanyakan penulis tidak akan kaya jika mengandalkan hasil penjualan karya. Makanya kebanyakan penulis saat ini menjadikan menulis sebagai hobi tetapi yang menguntungkan. Kesenangannya dapat, fee-nya dapat juga. Alhamdulillah...

Walau tokoh di sini adalah penulis, kita tidak akan menemukan bagian cerita yang membocorkan cara-cara menulis yang baik. Tapi kalau sekilas soal sayembara karya tulis bisa kita dapatkan di sini. Contohnya, dasar apa yang dipakai juri ketika menilai karya dalam sebuah sayembara. Lumayan kan untuk tambahan informasi bagi penulis yang suka ikutan sayembara menulis.



Dan ketika memahami tulisan Kak Ziggy di belakang novelnya yang menyinggung soal patriarki, saya pun setuju. Novel ini menampilkan situasi itu dengan karakter Yoshio yang tidak pernah mau mengalah kepada istrinya dan lebih mengutamakan citra dirinya. Sesalah-salahnya Yoshio, dia masih menjaga harga dirinya tinggi-tinggi sehingga kadang dia melakukan kekerasan untuk membuktikan kekuasaannya atas istrinya.

Karakter Minoru pun bukan yang baik banget sebab dia pun sebagai istri kurang bisa mengelola keuangan. Makanya ada pernyataan kalau Minoru tipikal istri yang boros. Punya uang sedikit, langsung poya-poya, membeli hal-hal yang tidak dibutuhkan. Jadi pasangan ini kayak senang memiskinkan diri sendiri.

Secara gaya bercerita, saya sudah mengatakan berkali-kali, kalau literasi jepang itu mempunyai banyak detail cerita. Penggambaran untuk hal-hal kecil pun dijabarkan dengan elok. Dan saya kurang suka dengan bagian ini sebab otak saya dipaksa membayangkannya dan itu bikin konsentrasi saya suka rusak dengan jalan cerita besarnya. Tapi saya sudah mulai mengabaikan detail-detail kecil tadi dan proses baca makin lancar.

Penerjemahan novel ini pun sangat baik. Enak dibaca dan tidak kaku. Saya sebelumnya sudah membaca hasil terjemahan Kak Asri ini di novel Diary Of A Void karya Emi Yagi.


Di tengah membaca saya sempat menduga soal judul Gincu Sang Mumi ini seperti merujuk ke dandanan Minoru ketika bergabung dengan grup teater. Tetapi bukan itu, akan dibahas di penghujung cerita dan saya masih bingung dengan maksudnya.

Kesimpulannya, saya cukup menikmati membaca novel Gincu Sang Mumi ini. Konfliknya bisa dipahami. Dan saya menangkap pesan novel ini adalah agar hati-hati mencari pasangan hidup. Cari yang baik. Kenali dengan jelas. Siapa pun tidak mau merasa terjebak dengan orang yang salah seumur hidupnya. Dan tujuan berumah tangga itu harus bahagia. 

Sekian ulasan saya untuk novel Gincu Sang Mumi karya Tamura Toshiko ini. Terakhir, jaga kesehatan dan jangan lupa membaca buku!



Cerita Pendek Bunga Bambu - Tsutomu Mizukami

[ Ulasan di bawah ini adalah kesan pribadi saya setelah membaca bukunya. Semua poin berdasarkan penilaian sendiri sesuai selera pribadi. Terima kasih. ]


Judul: Bunga Bambu

Penulis: Tsutomu Mizukami

Penerjemah: Nurul Hanafi

Sampul: Gita Karisma

Penerbit: Kakatua

Terbit: 2024

Tebal: 24 hlm.

ISBN: -


Kali ini saya baru saja menyelesaikan membaca cerita pendek di aplikasi Baca Kakatua yang judulnya Bunga Bambu. Karena ini cerpen jadi bisa selesai baca dalam waktu singkat. Kalian juga bisa ikutan baca dan ini gratis!

Cerpen ini menceritakan tentang tokoh utama bernama Shohachi yang jadi anak angkat keluarga petani Yagoro di daerah Uchikoshi. Kampung Uchikoshi disebut Perkampungan Anak Angkat karena penduduknya kebanyakan memutuskan mengangkat anak yang dikirim dari daerah lain. Dibahas juga sejarah awal mula praktik mengangkat anak ini, yang kemudian dilakukan oleh kebanyakan keluarga di daerah tersebut.

Penulis memotret dengan apik suasana kampung Ichikoshi yang punya banyak rumpun bambu dan kebiasaan keluarga di sana mengangkat anak. Juga menyelami bagaimana kehidupan masa kecil dari sudut pandang anak angkat; keingintahuan dan kesedihannya.


Baca juga: Resensi Novel Dongeng Binatang - Gita Karisma


Kejelasan silsilah keluarga menjadi keingintahuan besar bagi anak angkat. Mereka pasti ingin tahu siapa ayah dan ibu aslinya. Dugaan-dugaan liar soal ini akan mempengaruhi psikis anak. Sho misalnya, dia kerap terusik dengan rumor yang didengarnya tentang ayahnya yang disebut-sebut seorang penjahat. Dan keingintahuan tersebut bersisa sampai dewasa, sampai kemampuan dan kesempatan untuk mencari tahu beritanya terjangkau. Tetapi apa yang dialami Sho, ia tidak menemukan kejelasan soal rumor ayahnya itu.

Dan tentang sosok ibunya, Sho pernah mempunyai pengalaman berpapasan dengan perempuan yang memegang payung sewaktu ia kanak-kanak. Mata keduanya bertemu dan saling diam. Lalu perempuan tersebut menyebut namanya dua kali. Dan peristiwa ini melahirkan kesimpulan kalau perempuan itu pasti ibu kandungnya. Namun, ketika ingin menelusuri jejak ibunya dari kasus rumor ayahnya, Sho mengalami kebuntuan.

Saya suka dengan ceritanya dan ternyata apa pun bukunya, tulisan sastra jepang itu identik dengan penceritaan yang lambat dan detail. Saya suka dengan penggambaran kampungnya yang dirimbuni pohon bambu. Bahkan saya baru tahu kalau pohon bambu itu bisa berbunga. Bisa dibayangkan kalau masuk ke kampung Uchikoshi kita akan merasakan kedamaian dari suara daun bambu yang bergemerisik bergesekan.

Nah, sekian kesan saya setelah membaca cerpen Bunga Bambu dari Penerbit Kakatua. Terakhir, jaga kesehatan dan jangan lupa membaca buku!




Resensi Novel Diary Of A Void - Emi Yagi

[ Ulasan di bawah ini adalah kesan pribadi saya setelah membaca bukunya. Semua poin berdasarkan penilaian sendiri sesuai selera pribadi. Terima kasih. ]


Judul:
Diary Of A Void

Penulis: Emi Yagi

Penerjemah: Asri Pratiwi Wulandari

Penerbit: Bentang Pustaka

Terbit: Januari 2020

Tebal: 196 hlm.

ISBN: 9786231862815


Premis Novel Diary of A Void

Shibata adalah karyawan perempuan di sebuah perusahaan yang memproduksi tabung kertas. Dan ia mulai muak dengan kebiasaan rekan kerja yang lain yang selalu mengandalkannya untuk membuatkan kopi atau teh buat tamu, membereskan ruang rapat setelah jamuan, bahkan membetulkan mesin fotocopy saat ada kertas yang macet.

Dan dengan spontan (uhuyyy!!!) terucaplah pengakuan kalau ia sedang hamil. 

Rekan kerjanya mulai membatasi mengandalkan Shibata. Atasannya pun melonggarkan waktu kerja sehingga Shibata bisa pulang pada jam normal. Sekarang, Shibata mulai bisa menikmati banyak hal setelah jam kantor. 

Tetapi kebohongan yang sudah kadung diumumkan membuat Shibata melakukan berbagai cara agar tidak terbongkar. Kebohongan itu membawa pada kebohongan lainnya.



Resensi Novel Diary of A Void

Novel ini memotret satu kejadian yang ada di tempat kerja, perlakukan karyawan pria kepada karyawan wanita dengan membebani pekerjaan tambahan layaknya seperti pembantu. Di beberapa kantor tindakan ini menjadi kebiasaan. Dan jadi beban untuk mereka yang tipe enggak enakan untuk bilang, "Maaf, saya enggak bisa."

Jika tidak segera ditangani, kejadian ini secara langsung menguatkan dan menyuburkan sistem patriarki di lingkungan kerja. Karyawan pria sebagai penguasa dan pemegang otoritas. Bukan tidak mungkin, praktik ini bisa mengurangi produktifitas karyawan perempuan dalam pekerjaannya. Dan satu kebohongan itu terucap dengan tujuan menghentikan kesewenang-wenangan.

Bermula dari kebohongan itu, tokoh utama novel ini mulai mempelajari tentang ibu hamil. Apa yang biasa dilakukan, apa yang dirasakan, dan apa yang berubah dari ibu hamil. Kita pun akan mendapatkan banyak informasi mengenai itu semua.

Salah satu yang mengejutkan saya ternyata ada senam aerobik untuk ibu hamil. Yang saya tahu aerobik itu gerakannya lincah. Apa ini tidak membahayakan janin ya? Mungkin manfaat bagus lainnya mengikuti kelas aerobik ini adalah mempertemukan beberapa ibu hamil untuk bisa berbagi pengalaman. Di sini pun disinggung masalah-masalah yang dialami oleh ibu hamil, terutama psikis, yang dipicu lingkungan atau pasangan (suami).

Sebagai novel yang diganjar penghargaan, saya justru tidak menemukan kesan mendalam pada ceritanya. Karena menurut saya fokus penulis justru lebih banyak memberi tahu soal pengalaman ibu hamil daripada mengulik bagaimana menegangkannya menyembunyikan kebohongan soal kehamilan.

Bagi beberapa pembaca, bisa saja ini novel yang membosankan. Konfliknya bukan yang meledak-ledak dan membuat penasaran dengan endingnya, ditambah gaya penulisannya yang lebih banyak narasi. Tipikal sastra jepang, penulis terlalu banyak memasukkan detail dan pembaca seperti diuji untuk memproyeksikannya, haha.



Fokus cerita dominan mengikuti tokoh Shibata yang introvert, enggak enakan, dan selalu melihat sesuatu dari sisi positif. Karakter yang tergolong baik, tapi jika terlalu polos justru akan menyusahkan diri sendiri. Ada karakter pria rekan kerja Shibata bernama Higashinakano yang menyita perhatian. Awalnya saya kira perhatian dia karena didorong rasa suka, tetapi ternyata itu dilakukan karena dia punya pengalaman susahnya mempunyai anak. Cerita mengharukan buat saya.

Ada juga karakter Hosono, teman Shibata di kelas aerobik, yang dalam percakapan curhat mereka pada tengah malam, membeberkan tentang susahnya mengasuh bayi sekaligus mengurus pekerjaan rumah. Hosono marah dengan keadaan karena suami pun belum bisa ikut membantu dalam dua hal tadi. 


"Sementara suamiku? Apaan-apaan? Kalau Yuri menangis malam-malam, suamiku bakal kesal dan mengeluh, besok dia harus bangun pagi, lah. Enggak, masih bagus kalau dia benar-benar kesal. Dia itu ya, bersikap kesal sambil merasa dia selalu sabar dan enggak pernah kesal. Betul-betul menyebalkan. Padahal kelihatan jelas dia kesal, tapi sikapnya kayak mau bilang, 'Aku sabar, lho. Aku pengertian, lho.' Kalau betul-betul pengertian, kenapa enggak melakukan apa-apa setiap akhir pekan?..." (hal. 157 - 158)


Jadi novel ini tidak punya cerita romansa sama sekali ya, huft!

Setelah membaca novel ini, saya semakin tahu kalau jadi perempuan hamil itu tidak mudah. Selain membuat fisik kepayahan, kestabilan emosi mereka juga diguncang. Memang sudah semestinya memperlakukan mereka dengan penuh pengertian. Selain untuk menjaga kesehatan ibu hamil, untuk menjaga kesehatan janin juga.

Sekian ulasan saya untuk novel Diary of A Void. Terakhir, jaga kesehatan dan jangan lupa membaca buku!

Resensi Novel Kokokan Mencari Arumbawangi - Cyntha Hariadi

[ Ulasan di bawah ini adalah kesan pribadi saya setelah membaca bukunya. Semua poin berdasarkan penilaian sendiri sesuai selera pribadi. Terima kasih. ]


Judul:
Kokokan Mencari Arumbawangi

Penulis: Cyntha Hariadi

Editor: Mirna Yulistianti

Sampul: Roy Wisnu

Ilustrasi: Rassi Narika

Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama

Terbit: Juli 2020, cetakan pertama

Tebal: x + 338 hlm.

ISBN: 9786020640259


Gara-gara punya anak laki-laki yang cengeng, Nanamama jadi pengen punya anak lagi buat jadi adik Kakaputu. Tapi sayangnya Nanamama sudah enggak bersuami. Tapi harapannya terkabul berkat burung Kokokan yang singgah di desa dan meletakkan seorang anak perempuan di kebun bawang. Anak perempuan ini kemudian diberi nama Arumbawangi.

Karena datang bukan dari rahim melainkan dibawa oleh burung Kokokan, Arumbawangi sering dianggap petaka dan kutukan oleh warga desa. Bahkan sempat ada ide agar Arumbawangi dikeluarkan dari desa. Namun karena Kakaputu sudah sayang, Nanamama memutuskan keukeuh membesarkannya. Warga pun makin tidak suka dengan keluarga Nanamama, apalagi dulu Nanamama pernah menolak menjual tanahnya kepada pengusaha hotel.

Hotel yang dulu terbengkalai kini kedatangan pemilik baru bernama Pak Rudi. Beliau ternyata membawa anak laki-lakinya, Jojo, yang kerap marah-marah dan berteriak-teriak. Ada penyebabnya kenapa Jojo bisa bersikap menyebalkan begitu. 

Pertemuan Jojo dengan Kakaputu dan Arumbawangi membuat kehidupan Jojo berubah. Dia belajar banyak hal dan menemukan kebahagian lagi. Namun tragedi kebakaran di hotel itu tidak bisa dicegah hingga merenggut nyawa. Seluruh warga desa menuduh Nanamama sebagai penyebabnya dan membuat Nanama merasa dikhianati oleh seluruh warga hingga ia jatuh sakit dan meregang nyawa.

Kakaputu dan Arumbawangi harus terus melanjutkan hidup. Tetapi nasib pilu yang mendera makin terasa berat dilalui tanpa keberadaan Nanamama. Bukan apa-apa, orang terdekat mereka yang kelihatan berubah jadi baik ternyata memiliki maksud terselubung.

Bisakah Kakaputu dan Arumbawangi mempertahankan tanah mereka sesuai pesan Nanamama?

***


Ceritanya bagus banget dan karena ini sebuah dongeng jadi kita akan menemukan cerita yang ajaib. Bakal susah dibayangkan bagaimana burung bisa membawa anak kecil, saya tidak tahu segede apa burungnya, hehe. Dan keajaiban ini mengingatkan saya pada cerita di film Baby Boss, adiknya Tim yang bayi itu, diantarkan oleh burung dan diletakan di depan pintu si pemesan.

Karena tokoh utamanya berusia anak-anak, novel ini mungkin masuk ke genre buku anak, dan yang membuatnya berbeda dengan buku anak lainnya, di sini kisahnya mengandung kegetiran, kesedihan, dan perjuangan berat yang dialami dua anak kecil setelah ibunya meninggal. 

Tema kehilangan dibahas berkali-kali melalui beberapa tokoh. Kakaputu dan Arumbawangi kehilangan Nanamama. Jojo kehilangan ibunya. Pak Rudi kehilangan Jojo. Semua drama ini sangat menyentuh hati.

Novel ini juga membawa isu lingkungan menjadi topik dan konflik utama. Terutama menyoroti soal ambisi merubah area hijau seperti hutan, sawah atau kebun menjadi deretan gedung megah oleh pengusaha. Tentu saja kegiatan ini akan membawa kerusakan bagi lingkungan dan habitat di sekitarnya. 

Secara garis besar, novel ini menampilkan perlawanan keluarga kecil melawan ketamakan pengusaha dan masyarakat sekitar. Menyaksikan bagaimana Nanamama menentang keras soal pembangunan hotel di desanya, membuat kita melek kalau perjuangan menjadi minoritas yang benar di tengah mayoritas yang salah ternyata bikin membatin, padahal yang dipertahankan adalah tanah sendiri.

Saya yang sangat suka cerita dengan latar pedesaan, sangat menikmati membaca novel ini. Lokasi cerita ini ada di Bali, dimana di sana ada satu daerah yang sawah teraseringnya diakui UNESCO. Penulis berhasil menggambarkan situasi pedesaan dan aktifitasnya dengan sangat nyata. Soal sawah yang padinya menguning dan kerap disantroni burung-burung, atau bagaimana keriangan anak-anak main lumpur saat tanah sawah masih digenangi air.




Tokoh-tokoh di novel ini pun begitu hidup. Nanamama dan anak-anaknya menjadi protagonis yang mengesankan. Dan saya masih terkesan dengan sifat-sifat mereka walaupun sudah selesai membaca novelnya. Karakter mereka khas keluarga sederhana dari pedesaan. Di sini juga ada karakter antagonis yang menyebalkan yaitu Wawatua yang mengincar tanah Nanamama dengan lebih dulu ingin jadi wali Kakaputu dan Arumbawangi. Walau pun yang diincarnya bukan harta untuk diri sendiri, tetapi cara dia memprovokasi warga dan kelicikannya benar-benar jahat.              

Nilai-nilai moral dalam novel ini pun sangat menggugah. Kita seperti diingatkan kembali soal hidup dalam kesederhanaan dan paham arti cukup. Nanamama sering mengatakan kalau tanah bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari kita jika dirawat dan dijaga dengan baik, makanya dia tidak silau mata oleh tawaran yang mau membeli tanahnya. Dan ketika beliau tiada, Nanamama ternyata memiliki simpanan dan tabungan untuk kedua anaknya. Berkat mempraktikan arti cukup, kita pasti bisa menabung untuk pegangan ketika situasi buruk terjadi tiba-tiba.

Kesimpulannya, novel ini punya cerita yang bakal menghanyutkan pembaca dengan unsur kehidupan pedesaan dan konfliknya. Sajian yang sederhana tapi bernilai mahal.

Sekian ulasan dari saya, terakhir, jaga kesehatan dan jangan lupa membaca buku!


Resensi Novel Festival Hujan - Nurunala


Judul:
Festival Hujan

Penulis: Nurunala

Editor: Trian Lesmana

Sampul: Withly

Penerbit: Grasindo

Terbit: Desember 2023

Tebal: 200 hlm.

ISBN: 9786020530482


Setelah dua tahun berpacaran, Tahta memutuskan hubungan dengan Rania tanpa penjelasan yang tuntas. Di tengah Rania meratapi nasibnya, kemunculan pemuda yang mengontrak ruko di depan rumahnya menjadi momen untuk move on

Tama, pemuda tadi, membuka Tokko Bukku dan berkatnya Rania mulai suka membaca novel. Tama juga pendengar yang baik, dan kedekatan mereka memunculkan harapan baru yang perlahan memupus kesedihan sebelumnya. Tetapi, selama ini hanya Rania yang lebih banyak bercerita, dan ia pun sadar tidak mengenal Tama sebaik yang seharusnya.

***

Nurunala menjadi nama penulis yang cukup berkesan buat saya setelah membaca novel sebelumnya berjudul Seribu Wajah Ayah. Mau tak mau ekspektasi itu melekat juga waktu saya membaca novel ini.

Novel ini memiliki tema percintaan yang membahas soal konflik patah hati dan proses move on. Ceritanya akan sangat relate dengan anak muda yang masih kuliah. Penulis menggambarkan fase-fase yang terjadi selama seminggu setelah putus. Dan kalau menilik apa yang dialami Rania, saran yang menyebutkan kalau mau melupakan mantan harus punya pacar baru, ada benarnya juga. 

Inti sebenarnya dari saran tadi adalah bagaimana cara kita mengalihkan pikiran dari mengingat mantan. Dan jalannya yaitu dengan melakukan banyak aktifitas agar kita tidak terjebak di momen melamun. Keberadaan sahabat di saat patah hati juga bisa sangat membantu proses move on. Kalau tidak ada yang memaksa untuk bangkit, orang yang patah hati akan lebih senang meratapi nasibnya di kamar dan tangan sahabat bisa berperan untuk itu.



Di sini juga kita akan mendapatkan konflik keluarga terutama soal perceraian orang tua dan apa efeknya bagi anak. Alasan yang bikin orang tua Rania pisah itu umum banget, tak lain soal ekonomi. Makanya di tengah masyarakat sudah bukan rahasia lagi kalau soal ekonomi jadi penyebab utama kenapa pasangan bisa memutuskan cerai. 

Yang kadang luput dari keputusan cerai adalah efek yang timbul bagi anak. Meski seorang anak kelihatan bisa menerima keputusan cerai orang tuanya, bukan berarti ia tidak terluka. Bahkan ketika sudah agak dewasaan, si anak akan mencari sendiri siapa yang salah hingga orang tuanya pisah. Karena itu, ketika melakukan perceraian, orang tua harus bisa menyampaikan dengan bijak alasan yang membuat mereka pisah agar si anak tidak membatin.

Pemilihan judul mengandung kata 'hujan' membuat kita akan menduga kalau kisah di novel ini bakal sendu banget. Dan saya setuju dengan dugaan itu, konflik di novel ini berpotensi menguras air mata. Tetapi, saya tidak mendapatkan rasa sedih itu seperti ketika membaca novel Seribu Wajah Ayah. Dugaan saya karena penulis memilih menggali emosi lebih banyak di konflik putus cinta dan bukan menggali emosi soal apa yang dirasakan orang tua ketika anaknya putus cinta. Inti cerita begini sudah banyak dipakai penulis lain jadi kita sudah hafal kalau alurnya ya soal berjuang agar bisa move on. Dan untuk pembaca itu bukan sesuatu yang mengesankan lagi.

Soal pandemi pun tidak digambarkan sebagai sesuatu yang mencekam padahal ini bisa jadi penambah kesenduan bagi Rania. Dan saya merasa kalau situasi pandemi ini hanya sisipan semata, bukan situasi yang bisa diolah terutama soal kesuntukan masyarakat menghadapi ketidakpastian dengan musibah.

Sedikit menyenangkan saya ketika unsur literasi dipakai pada ceritanya. Selain ada toko buku, penulis juga menyebutkan beberapa judul novel dan kata-kata bagus di dalamnya. Disayangkan karena penulis memilih novel yang sudah terkenal seperti novel Haruki Murakami, Dee dan Tere Liye, dan bagi saya yang sudah membacanya tidak cukup terkesan dengan yang ditemukan Tama dan Rania. 

Akan lebih menarik kalau penulis memilih novel yang tidak begitu terkenal tapi bisa dilihat sisi bagusnya sesuai penilaian Tama. Pasti akan membuat pembaca novel ini berburu novel yang disebutkan, sebagai pembuktian apa iya novelnya sebagus itu.

Untuk karakter di sini, saya tidak bisa memilih yang paling disukai. Tadinya saya mau memilih Rania dan Biah, tapi setelah membaca bagian mereka bertengkar gara-gara Tama, saya memutuskan tidak mau. Momen itu aneh sih, saya merasanya pertengkaran mereka terjadi dengan tiba-tiba dan diselesaikan dengan cepat pula. 

Karakter Tama pun yang awalnya baik sekali harus dihancurkan dengan kenyataan yang ia sembunyikan. Bahkan cara dia berpikir soal hubungannya dengan Rania, tak lain seperti bajingan karena tidak tegas dan tidak mau rugi.

Secara keseluruhan, novel Festival Hujan ini bisa jadi bacaan yang bagus pas hujan sedang turun. Dan mungkin bakal cukup mengaduk-aduk emosi untuk pembaca yang belum baca novel Seribu Wajah Ayah. 

Sekian ulasan saya kali ini, terakhir, jaga kesehatan dan jangan lupa membaca buku!



Resensi Novel Watersong - Clarissa Goenawan

Dahulu kala, ketika masih kecil, dia bermimpi tenggelam (kalimat pertama novel Watersong; 5)


Judul:
Watersong

Penulis: Clarissa Goenawan

Penerjemah: Lulu Fitri Rahman

Sampul: Sukutangan

Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama

Terbit: Juni 2022

Tebal: 392 hlm.

ISBN: 9786020664972

RINGKASAN

Shouji memutuskan ikut pindah dengan kekasihnya, Youko Sasaki, dari Tokyo ke Akakawa. Dia yang belum bekerja akhirnya menerima tawaran dari Youko untuk bekerja di tempat kerja yang sama, sebuah kedai teh mewah, sebagai pendengar bagi klien yang memilihnya. Ini jenis pekerjaan yang menuntut kerahasiaan, apa yang diucapkan klien tidak boleh sampai diceritakan ke orang lain.

Mizuki sebagai klien pertama Shouji yang merupakan korban kekerasan suaminya, mendorong niat baiknya untuk menolong. Kemunculan Tooru Odagiri yang mengaku sebagai reporter justru membuat Shouji diincar untuk dihabisi.

Merasa nyawanya terancam, hampir ditabrak mobil misterius dan apartemennya tiba-tiba kebakaran, Shouji melarikan diri kembali ke Tokyo, meninggalkan Youko. Sejak itu pasangan ini terpisah dan Shouji diteror untuk melupakan Youko dibandingkan dengan resiko kematian jika ia terus mencarinya.

Sepanjang pelarian itu Shouji bertemu dengan beberapa orang dari masa lalu, seperti Liyun, Eri, dan Yoshioka. Ada rahasia yang terungkap, ada kisah penghubung yang akhirnya diketahui, dan ada masa lalu yang harusnya dimaafkan.

Berhasilkah Shouji menemukan kekasihnya lagi?

Kemudian, bagaimana dengan keselamatan nyawanya?

ULASAN

Saya suka dengan cerita di novel ini karena menggabungkan cerita romansa dengan cerita misteri thriller. Di samping kita mengikuti perkembangan hubungan Shouji dan Youko yang terpisah, kita juga dibuat penasaran dengan ujung nasib teror pembunuhan yang menimpa keduanya.

Shouji pernah diramal waktu kecil dan dikatakan kalau ia akan bertemu dengan tiga perempuan yang memiliki unsur air dalam namanya. Salah satunya mungkin akan jadi belahan jiwa namun jika tidak hati-hati, Shouji atau salah satu dari ketiga perempuan tersebut akan mengalami kematian. Kita akan menebak-nebak kira-kira siapa saja perempuan itu dan ada cerita romansa apa antara Shouji dan ketiganya. Ini juga bagian yang menarik diikuti.

Novel ini juga membahas soal konflik keluarga antara anak dan orang tua. Shouji kurang rasa hormat kepada ayahnya karena trauma kekerasan yang dia alami. Dia juga menyalahkan ibunya karena waktu kekerasan itu terjadi, dia tidak dilindungi dan justru dia diminta berbohong kepada orang lain atas luka-luka yang ada di tubuhnya. Peristiwa ini ternyata membekas sampai dewasa dan jadi rahasia yang dia pendam. Bagian ini jadi pelajaran penting untuk orang tua dalam mengasuh dan membesarkan anak.

Selain itu, kita juga akan diajarkan untuk memaafkan masa lalu, baik berupa kemarahan, penyesalan, dan kesedihan. Hampir tokoh-tokoh yang muncul di novel ini mempunyai masa lalu yang kelam dan itu jadi luka batin sampai dewasa. Kebanyakan orang akan memendamnya, segan untuk membicarakannya, padahal dengan membicarakannya bersama orang yang tepat itu bisa menjadi proses awal penyembuhan. Tidak enak lho menyimpan perasaan negatif dalam dada.

Sepanjang membaca novel ini emosi saya seperti diaduk-aduk karena masalah setiap tokohnya kebanyakan tragis dan memilukan. Masalah yang ditampilkan di sini pasti pernah dialami oleh kita atau orang terdekat kita. Jadi ceritanya terasa dekat sekali dengan pengalaman kita sebagai pembaca.

Tokoh-tokoh di sini juga begitu hidup dan menonjol. Mudah sekali untuk dibedakan dan kita tidak akan bingung atau kesulitan untuk mengingatnya saat proses membaca. Gaya bercerita pun menunjang kesan baik saya untuk novel ini karena penulis membuat diksinya terasa tenang, lembut, teratur, lengkap dan sarat rasa. Ini juga yang dulu saya rasakan ketika membaca novel debutnya, Rainbirds.

Kejutan yang menarik di sini yaitu peran tokoh-tokoh yang ada ternyata berhubungan dengan kedua tokoh utama, Shouji dan Youiko. Padahal saat awal-awal kayak hanya sebagai peran tambahan, eh ternyata mereka bagian penting di masa lalu. Enggak kepikiran lho!


  • Setiap orang memiliki bagian dari diri mereka yang sengaja mereka tutupi dari orang lain (hal. 51)
  • Kita tidak bisa kehilangan sesuatu yang sejak awal tak pernah dimiliki (hal. 53-54)
  • Banyak hal yang kita anggap remeh, sampai hal itu direnggut dari kita, meninggalkan lubang menganga (hal. 61)
  • Bakat itu hanya kerja keras dan kepercayaan diri (hal. 64)
  • Tak akan ada yang berubah jika semua orang terus menutup mata (hal. 90)
  • Orang yang bilang dirinya tidak kesepian biasanya yang paling kesepian (hal. 196)
  • Kalau ingin berubah, itu harus karena diriku sendiri (hal. 234)
  • Kau harus bisa mencintai diri sendiri dan berkembang lebih dulu sebelum mencintai orang lain (hal. 241)


Kesimpulannya, novel Watersong ini mempunyai cerita yang seru, pilu, dan mengajak pembaca untuk merenung soal kebahagiaan. Disampaikan dengan cara baik dan menghanyutkan. Saya merekomendasikan buku ini untuk pembaca yang suka dengan literasi Jepang dan berisi cerita soal psikologi manusia terutama yang membahas tentang emosi manusia.

Balon itu terbang semakin lama semakin tinggi, lenyap ditelan langit biru (kalimat terakhir novel Watersong, 390)

Sekian ulasan saya untuk novel ini, terakhir, jaga kesehatan dan jangan lupa membaca buku!